JAKARTA (29 Desember) – Waktu berlari cepat. Rasanya baru kemarin kita melangkah dengan harapan besar memasuki tahun 2024, dan kini, kita berada di penghujungnya, berdiri di persimpangan waktu yang memisahkan masa lalu, kini, dan masa depan. Tahun ini membawa begitu banyak pelajaran, bukan hanya bagi Jakarta, tetapi juga bagi kita semua yang mencintai kota ini dan ingin melihatnya tumbuh menjadi ibu kota yang benar-benar berdaya dan berkelanjutan.
Jika kita belajar dari pemikiran Vaclav Smil, kita akan diingatkan betapa kompleksnya dunia modern ini. Smil tidak mengajarkan kita untuk bermimpi kosong atau mengandalkan solusi instan. Sebaliknya, ia memandu kita untuk melihat realitas dengan mata terbuka, menyadari bahwa pembangunan, keberlanjutan, dan kesejahteraan adalah hasil dari kerja keras yang didasari oleh pemahaman mendalam tentang fakta dan data. Jakarta, dengan segala dinamikanya, adalah gambaran nyata dari kompleksitas ini.
Energi sebagai Nadi Kota Jakarta tidak pernah tidur. Kota ini adalah mesin besar yang terus bergerak, dan energi adalah bahan bakarnya. Tetapi tahun 2024 mengajarkan kita bahwa ketergantungan pada sumber energi fosil tidak hanya mengancam keberlanjutan lingkungan, tetapi juga membuat kita rentan terhadap krisis global. Krisis energi yang melanda dunia menjadi alarm bagi kita untuk segera mengubah cara pandang terhadap energi. Jakarta harus menjadi pelopor transisi energi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga inklusif, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Bagaimana caranya? Dengan keberanian untuk berinovasi, dengan visi yang jelas, dan dengan kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Kita perlu mendorong investasi dalam energi terbarukan, memperluas infrastruktur transportasi umum yang efisien, dan memberdayakan teknologi untuk mengurangi jejak karbon kota ini. Ini bukan mimpi kosong, melainkan keharusan yang harus kita wujudkan jika Jakarta ingin tetap relevan dalam dinamika global.
Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Smil juga mengingatkan kita bahwa pangan tidak sekadar soal memenuhi perut. Ia adalah fondasi dari ketahanan sosial dan ekonomi. Jakarta sebagai kota besar dengan populasi yang terus tumbuh menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketahanan pangannya. Ketergantungan pada pasokan dari luar daerah membuat kota ini rapuh terhadap gejolak pasar dan perubahan iklim.
Di sinilah pentingnya memulai revolusi urban farming di Jakarta. Bayangkan jika setiap kelurahan memiliki program pertanian kota yang memberdayakan warga sekaligus mendukung kebutuhan pangan lokal. Ini bukan hanya tentang mengurangi ketergantungan, tetapi juga tentang membangun kemandirian dan solidaritas sosial. Ketahanan pangan adalah wujud nyata dari kekuatan sebuah kota untuk berdiri di atas kakinya sendiri.
Membangun dengan Keberlanjutan Jakarta adalah kota beton. Namun, kita tidak boleh melupakan bahwa beton, baja, dan aspal yang menopang kota ini memiliki jejak lingkungan yang besar. Smil menekankan pentingnya memahami material yang kita gunakan dan dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan infrastruktur Jakarta harus melampaui sekadar mengejar megahnya bangunan. Kita perlu memastikan bahwa pembangunan tidak mengorbankan masa depan.
Revitalisasi ruang hijau, pembangunan berbasis komunitas, dan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan harus menjadi prioritas kita. Jakarta butuh lebih banyak paru-paru kota, bukan sekadar gedung pencakar langit. Kita butuh pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada estetika, tetapi juga pada keseimbangan ekosistem.
Menuju 2025 dengan Semangat Baru Tahun 2025 akan menjadi tahun yang penuh tantangan. Namun, setiap tantangan adalah peluang bagi kita untuk menunjukkan siapa kita sebenarnya. Jakarta tidak boleh hanya menjadi kota yang mengejar kemajuan, tetapi juga harus menjadi kota yang memahami arti sejati dari kemajuan itu sendiri: kesejahteraan yang merata, keberlanjutan yang kokoh, dan kebahagiaan yang dirasakan oleh setiap warganya.
Sebagai Ketua Partai NasDem Jakarta, saya mengajak kita semua untuk tidak hanya melihat tahun 2025 sebagai babak baru, tetapi sebagai kesempatan untuk mewujudkan visi bersama: Jakarta yang berdaya, berkelanjutan, dan inklusif. Mari kita jadikan ilmu pengetahuan dan data sebagai landasan, keberanian sebagai bahan bakar, dan solidaritas sebagai energi penggerak.
Jakarta bukan hanya kota. Ia adalah rumah kita, tempat di mana impian diwujudkan dan harapan disemai. Mari kita rawat bersama rumah ini, dengan hati yang tulus dan pikiran yang terbuka. Sebab, masa depan Jakarta adalah cerminan dari apa yang kita lakukan hari ini.
Selamat Tahun Baru 2025. Semoga kita melangkah bersama, dengan semangat yang tidak pernah padam. (WA/FM)