“Apaan itu Akademi Bela Negara? Ah palingan juga semacam sekolah security. Memangnya negara mau perang apa?,” ujar mereka yang berpikir skeptis dan terkesan apatis.
Jadi, sebagai salah satu peserta Akademi Bela Negara (ABN) perwakilan daerah Bengkulu sebenarnya tidak banyak hal yang bisa sampaikan dikarenakan kemampuan dan pengalaman saya yang masih amat minim. Jujur ini adalah kali pertama saya bergabung ke dalam sebuah organisasi atau Parpol. Oleh karena itu jikalau disuruh berbicara tentang kajian politik di dalam konteks lembaga ini, maaf saya belum mampu memaparkan. Namun, ada perspektif lain yang bisa saya sampaikan berikut alasannya.
Pertama, ABN adalah sebuah lembaga pendidikan yang diiniasi oleh Surya Paloh dalam rangka membina kader partai agar memahami konteks Kepribadian, Kebangsaan dan Kepartaian. Hal ini dikarenakan banyak di antara kita yang memiliki karakter atau kepribadian yang terkesan labil gampang terpecah oleh hal yang bersifat politis, seperti kita acap berbicara politik padahal kompetensi yang dimiliki masih amat minim, sehingga rentan berdampak pada kemajemukan kehidupan bangsa.
Kedua, ABN bukan sebuah sekolah Satpam atau security, melainkan sebuah lembaga pendidikan bagi orang-orang yang memiliki basic keilmuan minimal bergelar sarjana, kader partai, dari seluruh daerah di 34 provinsi seluruh Indonesia, yang dididik oleh tenaga pelajar kompeten, profesor lulusan dalam dan luar negeri agar memiliki kualitas mutu yang kelak diharapkan menjadi figure yang bagus di masa yang akan datang (leader and good society).
Ketiga, ABN mengadopsi gaya semi militer tetapi bukan berarti ditempa untuk menjadi seorang tentara atau pasukan berani mati yang bertujuan untuk berperang. Begitupun halnya atribut yang digunakan itu hanya sebuah seragam yang memang disediakan khusus oleh pihak akademi demi sebuah keseragaman bukan berarti mengebiri atau menghina institusi yang sangat saya cita-citakan, yakni TNI. Hal ini semata-mata guna dapat menumbuhkan pola hidup teratur dan disiplin baik secara pribadi maupun di tengah-tengah masyarakat.
Keempat, Metode pembelajaran di ABN sangatlah terstruktur persis program kuliah pada umumnya. Bahkan lebih padat dengan jumlah SKS 48 yang ditempuh selama 4 bulan, 5 hari dalam seminggu, 8 jam perhari serta uji kompetensi yang bisa dijadikan tolak ukur lulus atau tidak.
Sebenarnya masih ada banyak hal menarik yang bisa disampaikan tetapi kurang lebih seperti itulah sedikit gambaran tentang ABN. Sekarang mungkin akan timbul pertanyaan nantinya lulusan ABN ini akan jadi apa??? Jawabannya pada dasarnya kami dididik di sini bertujuan agar menjadi orang cerdas dan terampil sebagimana sosok pemimpin yang jarang kita temukan di kalangan anak muda saat ini. Jadi biarlah waktu menjawab yang jelas saya di sini datang untuk belajar. Saya kenal semua orang di setiap daerah dari pelosok negeri tokoh itu bukankah sebuah hal yang positif bukan? Marilah kita berpikir positif baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
SALAM RESTORASI!
Oleh: Heru Setiawan (Siswa ABN dari Bengkulu)