Saya Melihat Miniatur Indonesia Masa Depan di ABN

You are currently viewing Saya Melihat Miniatur Indonesia Masa Depan di ABN

Oleh: Lalu Zulqarnain*

17 Juli 2017, perkuliahan di kampus Akademi Bela Negara (ABN) NasDem resmi dimulai. Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo, hadir meresmikan sekaligus memberi kuliah umum tetang kondisi kebangsaan terkini di hadapan sejumlah pejabat negara, tokoh politik, dan 500 mahasiswa ABN dari seluruh pelosok Nusantara, di Auditorium Ki Hajar Dewantara Kampus ABN.

Sama halnya dengan kampus-kampus pada umumnya, mahasiswa diberi jadwal perkuliahan mulai Senin hingga Jumat setiap minggu berjalan. Di luar jadwal kelas, tugas harian tak luput menyertainya, seperti membuat jurnal, analisis materi hingga tugas-tugas kelompok.

Selain Dosen, dalam proses belajar kami juga didampingi fasilitator yang tidak kalah hebatnya dari dosen di dalam kelas.

Di waktu luang, saya coba menuliskan pengalaman menarik ini untuk keperluan berbagi informasi tetang dinamika yang kami alami di minggu-minggu pertama dari 4 bulan waktu yang telah ditentukan.

Bersama ratusan mahasiswa lainnya, saya hadir dan mulai menghirup udara ibu kota di kampus ABN sejak tanggal 5 juli 2017. Meskipun sedikit lambat, karena ratusan mahasiswa lainnya sudah hadir sejak tanggal 1 Juli 2017. Namun, padatnya masa Pra Orientasi Akademik sampai pada Proses Orientasi Akademik, tidak tanggung-tanggung membuat sebagian besar mahasiswa merasakan minimnya waktu beristirahat. Terlebih, persiapan harus maksimal untuk menyambut Presiden Republik Indonesia.

Padatnya aktivitas, sampai-sampai saya saperti sulit membedakan antara Senin dan Minggu. Belum lagi tuntutan disiplin waktu yang ketat membuat setiap mahasiswa berada pada titik terlemahnya.

Benar saja, secara berjamaah, kami para mahasiswa terserang demam, flu, dan batuk yang berpengaruh besar dalam memperlambat beberapa aktivitas. Namun, ada hal yang sangat menarik dari kondisi tersebut. Jika di awal begitu banyak keluhan dan kritik terhadap pihak kampus karena kurangnya waktu istirahat, saya belum pernah mendengar ada mahasiswa yang ingin mengurungkan niatnya untuk belajar di kampus ini.

Entah apa yang membuat 500 mahasiswa yang rata-rata memiliki perbedaan latar belakang organisasi di masa kuliah dulu dapat berkomunikasi dengan cair tanpa terbentuknya faksi-faksi atau apapun namanya atas nama perbedaan. Entah memang lahir dari kesadaran, tetapi budaya, agama, dan perbedaan wilayah bukan alasan untuk tidak menyatu dalam kebersamaan. Inilah miniatur Bangsa Indonesia yang mungkin dicita-citakan oleh azimat ‘Bhinneka Tunggal Ika’.

Ketika mahasiswa mulai larut dan asik dengan perkuliahan masing-masing, keluhan dan kebugaran mulai pulih kembali. Saat waktu istirahat sore, mahasiswa berbaur begitu mudah di lapangan untuk beradu skill bermain bola. Siku menyiku, dan beradu kekuatan hanya untuk memilih siapa yang paling berhak untuk bersorak duluan ketika mampu mencetak gol di gawang lawannya. Terlihat renyah dan gamblangnya membangun keakraban, seolah telah bersama di waktu yang cukup lama.

Tepat di penghujung minggu, mahasiswa diberikan waktu libur pada Sabtu dan Minggu untuk beristirahat atau menikmati dunia luar kampus. Jika ada yang ingin bertemu sanak saudara yang berada di Jakarta, atau sekadar menikmati makanan di luar kampus, mahasiwa cukup mengisi form yang disediakan untuk melaporkan kepada pihak kampus.

Libur dimulai pada Sabtu pukul 09.00 WIB sehabis apel pagi dan harus berada di Kampus ABN sebelum apel sore pada pukul 18.00 WIB pada Minggu dengan seragam apel lengkap dan rapi.

Entah keseruan dan cerita apalagi yang akan hadir dihari berikutnya. Namun, yang pasti saya melihat menyatunya keragaman Bangsa Indonesia ada di kampus ABN NasDem. Indonesia tanpa perpecahan, tanpa kekerasan, tanpa teror dan Indonesia berkeadilan.

34 provinsi dengan ratusan budaya, berbaur atas nama Indonesia, atas nama Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika.

Jaya ABN ..!!!

Jaya Indonesia ..!!!

*Penulis Mahasiswa ABN Utusan DPW Partai NasDem Sulawesi Tengah

Leave a Reply